Sabtu, 27 Agustus 2011

KH. FAHMI BASYA : TEORI TENTAMG BOROBUDUR

Sejak masih kecil kita sudah diajarkan tentang sejarah Candi Borobudur yang merupakan Candi Budha terbesar di Indonesia yang dibangun pada masa dinasti Syailendra. Lalu kenapa kok bisa dikatakan dibangun oleh Nabi Sulaiman.

Berdasarkan hasil riset Lembaga Studi Islam dan Kepurbakalaan yang dipimpin oleh KH. Fahmi Basya, dosen Matematika Islam UIN Syarif Hidayatullah, ternyata "CANDI BOROBUDUR" adalah bangunan yang dibangun oleh "TENTARA NABI SULAIMAN" termasuk didalamnya dari kalangan bangsa Jin dan Setan yang disebut dalam Alqur'an sebagai "ARSY RATU SABA".

Sejatinya PRINCE OF SABA atau "RATU BALQIS" adalah "RATU BOKO" yang sangat terkenal dikalangan masyarakat Jawa, sementara patung-patung di Candi Borobudur yang selama ini dikenal sebagai patung Budha, sejatinya adalah patung model bidadara dalam sorga yang menjadikan Nabi Sulaiman sebagai model dan berambut keriting.
Hasil riset tersebut juga menyimpulkan bahwa "SUKU JAWA" disebut juga sebagai "BANI LUKMAN" karena menurut karakternya suku tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran LUKMANUL HAKIM sebagaimana tertera dalam Alqur'an.

Perlu diketahui bahwa satu-satunya nabi yang termaktub dalam Alqur'an, yang menggunakan nama depan SU hanya Nabi Sulaiman dan negeri yang beliau wariskan ternyata diperintah oleh keturunannya yang juga bernama depan SU yaitu Sukarno, Suharto, dan Susilo serta meninggalkan negeri bernama SLEMAN di Jawa Tengah.


Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan dari Nabi Daud (baca: ayahnya) yang dikatakan didalam Alqur'an dijadikan Khalifah di Bumi (menjadi Penguasa Dunia dengan Benua Atlantis sebagai Pusat Peradabannya), Nabi Daud juga dikatakan raja yang mampu menaklukkan besi (membuat senjata dan gamelan dengan tangan, beliau juga bersuara merdu) dan juga menaklukkan gunung hingga dikenal sebagai Raja Gunung.

Di Nusantara ini yang dikenal sebagai Raja Gunung adalah "SYAILENDRA" , menurut Dr. Daoed Yoesoef nama Syailendra berasal dari kata saila dan indra, saila = gunung dan indra = raja.
Negeri saba' yang dahulu di kuasai Ratu Bilqis, jaman Nabi Sulaiman mungkinkah Indonesia yang dimaksud ??

Didalam alquran ayat 18 surat SABA (34) kita disuruh untuk melakukan perjalanan ke Saba.
“Berjalanlah padanya beberapa malam dan siang dengan aman" (QS.34 ayat 18)

Ada yang mengatakan bahwa NEGERI SABA itu adalah INDONESIA dengan pusat pemerintahan di Jawa dan ARSY SABA yang dipindahkan atas perintah Nabi Sulaiman adalah Borobudur yang dipindahkan dari Ratu BOKO, yang selama ini orang mengira adalah di YAMAN.


Ada beberapa point yang menjadi bukti berdasarkan Alquran bahwa SABA itu adalah di pulau Jawa dan bukan di YAMAN. Di ilmu sejarah kita Candi Borobudur didirikan pada abad ke 7 tapi menurut teori paruh waktu bahwa penelitian terhadap batu tersebut tidak bisa dihitung umurnya dengan Isotop C . Sehingga bisa ditarik hipotesa bahwa Borobudur tidak dibuat pada abad ke 7.

Mengenai Fenomena 19

Kita semua tidak memungkiri bahwa fenomena 19 di dalam Al-Quran itu berasal dari kalimat Bismillaahhirrahmaanirrahiim yang terdiri dari 19 huruf .Kalimat ”Bismillaahhirrahmaanirrahiim” ini yang memperkenalkannya kepada kita adalah Nabi Sulaiman. Ketika dia berkirim surat kepada Ratu Saba’ Kop Surat dari Surat Sulaiman itu adalah kalimat “Bismillaahhirrahmaanirrahiim”.

Isi suratnya adalah :”Allaa ta’luu ‘alaiyya, wa’tuunii muslimin” (Jangan menyombong kepada ku dan datanglah kepada ku dengan menyerah diri”. Jadi, dapat dikatakan bahwa Fenomena 19 itu sudah diketahui oleh Nabi Sulaiman.

Sebab itu di Borobudur ada Fenomena 19.
Karena yang membuat Borobudur itu bukan manusia saja, tetapi juga Jin, maka segaris lurusnya tiga candi Borobudur, Pawon dan Mendut, bukanlah hal yang kebetulan. Karena Jin bisa melihatnya dari atas.
Untuk apa mereka membuat ketiga candi itu (Candi Borobudur, Candi Pawon, Candi Mendut) segaris lurus ? Jawabannya adalah untuk membuat gambar Gerhana. Dengan demikian mereka memberitakan bahwa Borobudur itu gambar Matahari, Pawon adalah gambar Bulan, dan Mendut adalah gambar Bumi. Itu diibaratkan Mendut mewakili manusia. Sebab di sana ada sebuah patung manusia sebagai wakil penduduk bumi, yaitu manusia. Mengapa Borobudur itu gambar matahari ? karena si Ratu Saba’ itu dulunya kan menyembah matahari, jadi ‘Arsy dia itu ada nuansa mataharinya.

Mengapa candi-candi itu menggambarkan Mihrab-Mihrab?? Ya dikarenakan di dalam Al-Quran, jin-jin yang bekerja atas paksaan Sulaiman itu, mereka membuat mihrab-mihrab

“Dan untuk Sulaiman, angin bertiup pada pagi hari sebulan dan bertiup pada petang hari sebulan. Dan kami alirkan baginya mata air dari tembaga, dan kami mudahkan sebagian dari Jin bekerja di hadapannya dengan izin Tuhannya, dan siapa dari mereka berpaling dari perintah kami, niscaya kami rasakan baginya dari azab api yang bernyala. Mereka kerjakan untuknya apa yang ia kehendaki dari Mihrab-Mihrab dan Patung-patung dan Piring-piring seperti Kolam-Kolam dan Kuali-Kuali yang tetap” (Al-Quran, surat Saba’, ke 34 ayat 12-13)

sumber : http://catatan-gume.blogspot.com/2010/07/kh-fahmi-basya-teori-tentang-borobudur.html 

borobudur versi Alquran.flv

MASJID AL-AQSA yang sebenarnya

seven (7) voice nasyid - istri shalehah live@smkn 12 jakarta

seven (7) voice nasyid - rasulullah (justice voice)_live @smkn 12 jakarta

Ibnu Sina

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu." pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Awal Kehidupan

Kehidupannyan dikenal lewat sumber - sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus salat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu kedai buku seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.

Kematian

Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. Saat itu dia sedang sakit parah tetapi tetap saja bersikeras utuk mengajar anak-anak, saat dia wafat anak-anak itu merasa beruntung sekali mempunyai kesempatan untuk bertemu Ibnu Sina untuk terakhir kalinya karena saat akan dibawa ke rumah dia sudah kehilangan nyawa dan tidak dapat ditolong.



Karya Ibnu Sina
  • Qanun fi Thib (Canon of Medicine)(Terjemahan bebas:Aturan Pengobatan)
  • Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
  • An Najat 
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina
 

Muhammad Al Fatih (Mehmed II)

Siapakah yang ingin seperti Muhammad Al-Fatih? Sang Penakluk. Pembebas kota Konstatinpel. Angkat tanganmu tinggi-tinggi anakku. jangan malu-malu. Sungguh namamu terismpirasi oleh tokoh Islam ini.
Belajar agama sejak kecil, Tak pernah meninggalkan sholat wajib sejak balita, tak meninggalkan sholat malam sejak baligh, menguasai 6 bahasa. Dialah Muhammad Al-Fatih sang pembebas.
Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Biografi Muhammad Al Fatih (Mehmed II)

Muhammad Al Fatih (Mehmed II)
Muhammad Al Fatih (Mehmed II)
Sultan Mehmed II/Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: محمد ثانى Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), “sang Penakluk”, dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 30 Maret 1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu’ setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ‘Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.
Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Usaha Muhammad Al Fatih Menakhlukkan Konstantinopel

Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Costantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ‘ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma’il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ‘ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sulthan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur’an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sulthan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
sumber : http://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/03/15/tokoh-islam-muhammad-al-fatih-mehmed-ii/

Selasa, 16 Agustus 2011

Menjaga Hijab

Menjaga hijab itu bukan suatu hal gampang. Padahal sudah jelas kita tau ‘dasar hukum’nya. Kadang kita berniat menjaga hijab. Kita bicara seadanya dengan teman atau rekan kerja. Tapi memang setan selalu membisik-bisikkan godaan ke manusia. Tidak rela manusia berjalan di jalan yang benar. Sehingga seseorang yang tadinya kita anggap teman, mendadak kita anggap lebih spesial. Berbicara mendayu-dayu, curhat bertambah dan bahayanya lagi itu curhat untuk lebih akrab. Padahal perkenalan itu tidak bertujuan untuk melangkah ke ‘jenjang’ berikutnya.
Berikut ini Dala post sebuah tulisan dari RISKA tentang Menjaga Hijab.
Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga.
Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak *khalwat* (berduaan),
tidak *ikhtilath* (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah
penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan
kemuliaannya. Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam,
sampai-sampai untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. *Dan janganlah
kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.* (QS. Al Isra:32).

“Dia ikhwan ya? Tapi kok kalau bicara sama akhwat dekat sekali???,” tanya
seorang akhwat kepada temannya karena ia sering melihat seorang aktivis
rohis yang bila berbicara dengan lawan jenis, sangat dekat posisi tubuhnya.

“Mbak, akhwat yang itu sudah menikah? Kok akrab sekali sama ikhwan itu?,”
tanya sang mad’u kepada murabbinya karena ia sering melihat dua aktivis
rohis itu kemana-mana selalu bersama sehingga terlihat seperti pasangan yang
sudah menikah.

“Duh… ngeri, lihat itu… ikhwan-akhwat berbicaranya sangat dekat……,” ujar
seorang akhwat kepada juniornya, dengan wajah resah, ketika melihat
ikhwan-akhwat di depan masjid yang tak jauh beda seperti orang berpacaran.

“Si fulan itu ikhwan bukan yah? Kok kelakuannya begitu sama akhwat?,” tanya
seorang akhwat penuh keheranan.

Demikianlah kejadian yang sering dipertanyakan. Pelanggaran batas-batas
pergaulan ikhwan-akhwat masih saja terjadi dan hal itu bisa disebabkan
karena:
1. Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat.
2. Sudah mengetahui, namun belum memahami.
3. Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan.
4. Sudah mengetahui dan memahami, namun tergelincir karena lalai.

Dan bisa jadi kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi
penampilan luar kita dengan jilbab lebar warna warni atau dengan berjanggut
dan celana mengatung, namun kita lupa menghiasi akhlak. Kita sibuk
berhiaskan simbol-simbol Islam namun lupa substansi Islam. Kita berkutat
menghafal materi Islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan amal.

Sesungguhnya panggilan ‘ikhwan’ dan ‘akhwat’ adalah panggilan persaudaraan.
‘Ikhwan’ artinya adalah saudara laki-laki, dan ‘akhwat’ adalah saudara
perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar
itu ditujukan untuk orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, yang
islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa
dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan
ke-‘ikhwanan’-nya atau ke-‘akhwatan’-nya bila belum bisa menjaga batas-batas
pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.

*Aktivis sekuler tak lagi segan*

Seorang ustadz bercerita bahwa ada aktivis sekuler yang berkata kepadanya,
”Ustadz, dulu saya salut pada orang-orang rohis karena bisa menjaga
pergaulan ikhwan-akhwat, namun kini mereka sama saja dengan kami. Kami jadi
tak segan lagi.”

Ungkapan aktivis sekuler di atas dapat menohok kita selaku jundi-jundi yang
ingin memperjuangkan agama-Nya. Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang
bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan
demikian pula sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah
sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.

*Pelanggaran batas-batas pergaulan ikhwan-akhwat*

Berikut ini adalah pelanggaran-pelanggaran yang masih sering terjadi:

*1. Pulang Berdua*
Usai rapat acara rohis, karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang
bersama di mobil ikhwan. Berdua saja. Dan musik yang diputar masih lagu dari
Peterpan pula ataupun lagu-lagu cinta lainnya.

*2. Rapat Berhadap-Hadapan*
Rapat dengan posisi berhadap-hadapan seperti ini sangatlah ‘cair’ dan rentan
akan timbulnya *ikhtilath*. Alangkah baiknya – bila belum mampu menggunakan
hijab – dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat.

*3. Tidak Menundukkan Pandangan (Gadhul Bashar)
*Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata
turun ke hati”. Maka jangan kita ikuti seruan yang mengatakan, ”Ah, tidak
perlu *gadhul bashar*, yang penting kan jaga hati!” Namun, tentu aplikasinya
tidak harus dengan cara selalu menunduk ke tanah sampai-sampai menabrak
dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau mata
semu/samping.

*4. Duduk/ Jalan Berduaan*
Duduk berdua di taman kampus untuk berdiskusi Islam (mungkin). Namun apapun
alasannya, bukankah masyarakat kampus tidak ambil pusing dengan apa yang
sedang didiskusikan karena yang terlihat di mata mereka adalah aktivis
berduaan, titik. Maka menutup pintu fitnah ini adalah langkah terbaik kita.

*5. “Men-tek” Untuk Menikah*
“Bagaimana, ukh? Tapi nikahnya tiga tahun lagi. Habis, ana takut antum
diambil orang.” Sang ikhwan belum lulus kuliah sehingga ‘men-tek’ seorang
akhwat untuk menikah karena takut kehilangan, padahal tak jelas juga kapan
akan menikahnya. Hal ini sangatlah riskan.

*6. Telfon Tidak Urgen*
Menelfon dan mengobrol tak tentu arah, yang tak ada nilai urgensinya.

*7. SMS Tidak Urgen*
Saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan
da’wah, sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya.

*8. Berbicara Mendayu-Dayu*
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap sang akhwat kepada seorang
ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.

*9. Bahasa Yang Akrab*
Via SMS, via kertas, via fax, via email ataupun via YM. Message yang
disampaikan begitu akrabnya, “Oke deh Pak fulan, nyang penting rapatnya
lancar khaaan. Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh :) .“
Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah
bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya.
Walau ini hanya bahasa tulisan, namun dapat membekas di hati si penerima
ataupun si pengirim sendiri.

*10. Curhat*
“Duh, bagaimana ya…., ane bingung nih, banyak masalah begini … dan begitu,
akh….” Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati,
kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi
da’wah. Apatah lagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan
da’wah.

*11 Yahoo Messenger/Chatting Yang Tidak Urgen*
YM termasuk fasilitas. Tidaklah berdosa bila ingin menyampaikan hal-hal
penting di sini. Namun menjadi bermasalah bila topik pembicaraan melebar
kemana-mana dan tidak fokus pada da’wah karena khalwat virtual bisa saja
terjadi.

*12. Bercanda ikhwan-akhwat*
“Biasa aza lagi, ukhtiii… hehehehe,” ujar seorang ikhwan sambil tertawa.
Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan di sekeliling, sang akhwat
hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.

*Dalil untuk nomor 1-5: *
a. Rasulullah SAW bersabda, *”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan
yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.”*(HR.Ahmad)

b. Allah SWT berfirman, *“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,
‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……”*(QS.24: 30)

c. Allah SWT berfirman, *“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya……”* (QS.24: 31)

d. Rasulullah SAW bersabda, *“Pandangan mata adalah salah satu dari
panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan
dirasakan manisnya iman dalam hatinya.”*

e. Rasulullah saw. Bersabda, *”Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan
yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan
yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu.”* (HR Ahmad)

*Dalil untuk nomor 6-12: *
*”… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit di dalam hatinya…”* (Al Ahzab: 32)

Penutup

Di dalam Islam, pergaulan laki-laki dan perempuan sangatlah dijaga.
Kewajiban berjillbab, menundukkan pandangan, tidak *khalwat* (berduaan),
tidak *ikhtilath* (bercampur baur), tidak tunduk dalam berbicara
(mendayu-dayu) dan dorongan Islam untuk segera menikah, itu semua adalah
penjagaan tatanan kehidupan sosial muslim agar terjaga kehormatan dan
kemuliaannya.

Kehormatan seorang muslim sangatlah dipelihara di dalam Islam, sampai-sampai
untuk mendekati zinanya saja sudah dilarang. *“Dan janganlah kamu
mendekatizina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan
yang buruk.” (QS. Al Isra:32).

Pelanggaran di atas dapat dikategorikan kepada hal-hal yang mendekati zina
karena jika dibiarkan, bukan tidak mungkin akan mengarah pada zina yang
sesungguhnya, na’udzubillah. Maka, bersama-sama kita saling menjaga
pergaulan ikhwan-akhwat. Wahai akhwat…., jagalah para ikhwan. Dan wahai
ikhwan…., jagalah para akhwat. Jagalah agar tidak terjerumus ke dalam
kategori mendekati zina.

“Ya Rabbi…, istiqomahkanlah kami di jalan-Mu. Jangan sampai kami tergelincir
ataupun terkena debu-debu yang dapat mengotori perjuangan kami di jalan-Mu,
yang jika saja Engkau tak tampakkan kesalahan-kesalahan itu pada kami
sekarang, niscaya kami tak menyadari kesalahan itu selamanya. Ampunilah kami
ya Allah…… Tolonglah kami membersihkannya hingga dapat bercahaya kembali
cermin hati kami. Kabulkanlah ya Allah… “

—- Wahai Insan, Mintalah Fatwa Pada Hatimu —- 
sumber : http://vanille.blog.com/2009/10/03/menjaga-hijab/