Jumat, 27 Mei 2011

Tawassul yang Disyariatkan


Setiap kali ada musibah dan ujian yang menghantui kehidupan manusia seorang Muslim, ia harus kembalikan semuanya  kepada  Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ia meyakini bahwa Allah-lah, Rabb yang mampu menyingkap hijab-hijab kesulitan, kefakiran dan kepayahan para hambaNya. Dan ia juga meyakini bahwa Dialah yang mampu memberikan pertolongan, kemudahan dan petunjuk. Tidak ada kekuatan lain yang mampu melakukan hal ini selain Dia, Allah Ta’alaa. Terkadang dalam memohon dan berdo’a, manusia sering menggunakan perantara (atau yang disebut dengan tawassul dalam terminology aqidah) antara dirinya dan Allah Ta’alaa. Karena mereka merasa tidak mampu, lemah dan tidak memiliki apa-apa dihadapan Rabbnya. Hal ini mereka lakukan agar do’a dan permohonannya terkabulkan dengan segera.
Namun sebagai manusia muslim, ia harus selalu memperhatikan rambu-rambu Islam dalam masalah tawassul, karena tidak semua bentuk tawassul atau perantaraan yang berkembang dalam masyarakat ini diperbolehkan dalam ajaran Islam. Boleh jadi seorang muslim dalam berdo’a, ia bertawassul dengan kuburan-kuburan, batu-batuan dan pepohonan yang dikramatkan. Bahkan ada yang meyakini adanya kekuatan lain atau penguasa lain selain Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki kekuasaan atas sebagian wilayah yang ada di bumi ini.
Tawassul menurut etimologi bahasa Arab artinya: “Sesuatu yang bisa mendekatkan kepada yang lain.” (Mukhtar Ash-Shihah)
Ibnu Atsir di dalam An-Nihayah mengatakan: “(Tawassul adalah) sesuatu yang akan menyampaikan kepada yang lain dan mendekatkan diri dengannya.”
Adapun menurut terminologi syariat, tawassul adalah: “Mendekatkan diri kepada Allah dengan segala bentuk ketaatan dan peribadatan, dengan cara mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan segala bentuk amalan yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diridhai-Nya.” (At-Tawassul Ila Haqiqati Tawassul).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya.” (QS. Al-Maa’idah: 35).
Qatadah berkata, “Bertaqarrublah kepadaNya dengan ketaatan kepadaNya dan mengamalkan segala yang diridhaiNya.”
Tawassul yang disyari’atkan adalah tawassul sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Qur ’an, dituntunkan oleh Rasulullah dan dipraktekkan oleh para sahabat. Pada dasarnya setiap ketaatan dan sikap merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat dijadikan sebagai bentuk tawassul. Ada beberapa macam tawassul yang disyari’atkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Salam, yaitu:
1.   Tawassul dengan iman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, menceritakan tawassul para hambaNya dengan iman:
Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu),’Berimanlah kamu kepada Rabbmu’, maka kamipun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali Imraan: 193).
2.   Tawassul dengan tauhid, seperti dosa Nabi Yunus Alaihis Salam ketika ditelan oleh ikan besar:
Maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap: ‘Bahwa tak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.’ Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikanlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiyaa’: 87-88).
3.   Tawassul dengan nama-nama Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada­Nya dengan menyebut asma-ul husna itu.” (QS. Al-A’raaf: 180).
Di antara doa Rasul Shalallahu’alaihi wa Salam dengan nama-namaNya ialah ucapan beliau:
Aku memohon kepadaMu dengan semua nama yang Engkau miliki.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menilai hasan shahih).
4.   Tawassul dengan sifat-sifat Allah, seperti ucapan Rasul Shalallahu’alaihi wa Salam:
Wahai Yang Mahahidup lagi Yang Mengatur urusan makhlukNya, dengan rahmatMu aku memohon bantuan.” (Hasan, riwayat at-Tirmidzi).
Syaikh ar-Rifa’i mengatakan, “Mohonlah segala hajat kalian kepada Allah dengan kecintaanNya kepada auliya’Nya.”
5.   Tawassul dengan amal-amal shalih, seperti shalat, berbakti kepa­da kedua orang tua, memelihara hak-hak, amanah dan sedekah, dzikir, membaca al-Qur`an, shalawat atas Nabi Shalallahu’alaihi wa Salam, kecintaan kita kepadanya dan para sahabatnya, serta amal-amal shalih lainnya. Disebutkan dalam Shahih Muslim tentang tiga orang yang tertahan di dalam gua, lalu mereka bertawassul kepada Allah, yang pertama dengan amal shalih berupa memelihara hak buruh, yang kedua dengan baktinya kepada kedua orang tuanya dan yang ketiga dengan rasa takutnya terhadap Allah, maka Allahpun membebaskan mereka dari gua tersebut.
6.   Tawassul kepada Allah dengan meninggalkan kemak­siatan, seperti khamar, zina dan yang diharamkan lainnya. Salah seorang yang terperangkap dalam gua tersebut bertawassul dengan perbuatan zina yang yang ditinggalkannya, lalu Allah membebaskannya dari gua tersebut.
Sebagian kaum muslimin tidak mengerjakan amal shalih dan bertawassul dengannya. Mereka justru bertawassul dengan amalan-amalan orang lain yang sudah mati, dengan menyelisihi petunjuk Rasul Shalallahu’alaihi wa Salam dan para sahabatnya.
7.   Tawassul dengan meminta doa dari para Nabi dan orang-orang shalih semasa hidupnya. Diriwayatkan bahwa seorang yang buta matanya datang kepada Nabi Shalallahu’alaihi wa Salam seraya mengatakan, “Berdoalah kepada Allah agar Dia memberi kesembuhan kepadaku.” Beliau bersabda: “Jika kamu suka, aku berdoa untukmu dan jika kamu suka, kamu bersabar saja; dan itu lebih baik bagimu.” Ia mengatakan, “Berdoalah!” Kemudian beliau memerintahkannya supaya berwudhu dengan sempurna, lalu shalat dua rekaat, dan berdoa dengan doa ini:
Ya Allah, aku memohon kepadaMu dan menghadap kepadaMu dengan nabiMu, nabi rahmat. Wahai Muhammad aku menghadap denganmu kepada Rabbku dalam hajatku ini agar hajatku ini diselesaikan. Ya Allah, terimalah syafaatnya untukku, dan berilah aku syafaat melalui (doa)nya.”
Orang itu pun melakukannya sehingga terbebas dari kebutaannya. (Shahih, riwayat Ahmad).
Hadits ini mengandung arti bahwa Rasul Shalallahu’alaihi wa Salam berdoa untuk orang buta semasa hidupnya, lalu Allah mengabulkan doanya. Beliau memerintahkan kepadanya agar berdoa untuk dirinya sendiri, dan menghadap kepada Allah dengan doa Nabinya, maka Allah menerima doanya. Doa ini khusus semasa hayat beliau Shalallahu’alaihi wa Salam dan tidak boleh berdoa dengannya sepeninggalnya. Karena para sahabat tidak melakukannya, dan orang-orang yang buta tidak bisa mengambil manfaat dari doa itu setelah peristiwa ini.
Untuk menjaga tauhid dan kesempuranannya, setiap mukmin harus berupaya dan berusaha menjauhkan dirinya dari bentuk tawassul yang mengandung bid’ah dan dilarang oleh Islam. Karena tawassul yang mengandung nilai kemungkaran ini akan berpengaruh pada terkabulnya do’a itu sendiri. Dan seharusnya setiap mukmin memperhatikan do’a-do’a yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Tawassul yang Dilarang

Tawassul yang terlarang adalah menggunakan sarana untuk mendekat-kan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syari’at. Di antaranya tawassul dengan berdoa kepada orang-orang mati atau orang-orang yang tidak hadir, memohon keselamatan dengan perantaraan mereka, dan sejenisnya. Semua perbuatan itu adalah syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam dan bertentangan dengan tauhid.
Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam bentuk doa permohonan seperti meminta sesuatu dan meminta diselamatkan dari bahaya: atau doa ibadah seperti rasa tunduk dan pasrah di hadapan Allah, kesemuanya itu tidak boleh dialamatkan kepada selain Allah. Memalingkannya dari Allah adalah syirik dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan Rabbmu berfirman:”Berdo’alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina…” (QS. Al-Mukmin : 60)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat di atas ganjaran bagi orang yang enggan berdoa kepada-Nya, bisa jadi dengan berdoa kepada selain-Nya atau dengan tidak mau berdoa kepada-Nya secara global dan rinci, karena takkbur atau sikap ujub, meski tak sampai berdoa kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Berdoalah kepada Allah dengan rasa tunduk dan suara perlahan..”
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berdoa kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya.
Segala bentuk penyamaan Allah dengan selain-Nya dalam ibadah dan ketaatan, maka itu adalah perbuatan syirik terhadap-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka. “ (QS. Al-Ahqaaf : 5)
“Barangsiapa yang menyeru bersama Allah Ta’ala sesembahan yang lain padahal tidak ada bukti baginya, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada akan beruntung.” (QS. al-Mukminun : 117).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menganggap orang yang berdoa kepada selain-Nya, berarti telah mengambil sesembahan selain-Nya pula. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.(QS. Faatir : 13-14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini, bahwa Dia-lah yang Maha Berkuasa dan Mampu mengurus segala sesuatu, bukan selain-Nya. Bahwasanya para sesembahan itu tidak dapat mendengar doa, apalagi untuk mengabulkan doa tersebut. Kalaupun dimisalkan mereka dapat mendengar, merekapun tidak akan mampu mengabulkannya, karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau memberi mudharrat, dan tidak memiliki kemampuan atas hal itu.
Sesungguhnya kaum musyrikin Arab di mana Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa Sallam diutus, mereka menjadi orang-orang kafir karena kemusyrikan mereka dalam berdoa. Karena mereka juga berdoa kepada Allah dengan tulus ketika mendapatkan kesulitan. Kemudian mereka menjadi kafir kepada Allah di kala senang dan mendapatkan kenikmatan dengan cara berdoa kepada selain-Nya. Allah berfirman:
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al Isra’ : 67)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta’atannya”. (QS.Yunus : 22)
Tawassul yang terlarang dapat dikelompokkan menjadi:
1.   Tawassul kepada orang-orang yang sudah mati, meminta berbagai hajat dari mereka, dan meminta pertolongan kepada mereka sebagaimana realitas hari ini. Mereka menyebutnya sebagai tawassul, padahal bukan demikian. Karena tawassul ialah meminta kepada Allah dengan perantara yang disyariatkan, seperti iman, amal shalih dan Asma’ullah al-Husna. Sementara berdoa kepada orang-orang yang sudah mati adalah berpaling dari Allah, dan itu termasuk syirik besar; berdasarkan firmanNya:
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Yunus: 106).
2.   Adapun tawassul dengan jaah (kedudukan) Rasul, seperti ucapan Anda: Wahai Rabb, dengan jaah Muhammad berilah pertolongan kepadaku.” Ini adalah bid’ah, karena para sahabat tidak pernah melakukannya, dan karena Khalifah Umar bertawassul dengan al-Abbas semasa hidupnya dengan doanya. Umar tidak bertawassul dengan Rasul setelah kematiannya, ketika meminta turun hujan. Sedangkan hadits: “Bertawassullah dengan jaah (kedudukan)ku” adalah hadits yang tidak punya asal (la ashla lahu), sebagaimana dinyatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Tawassul bid’ah bisa membawa kepada syirik. Yaitu jika ia meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan perantara, seperti halnya seorang amir dan hakim. Karena ini sama halnya menye­rupakan Khaliq dengan makhlukNya. Abu Hanifah berkata, “Aku tidak suka memohon kepada Allah dengan (perantara) selain Allah.”
3.   Adapun meminta doa kepada Rasul setelah kematiannya, seperti ucapan Anda: “Wahai Rasulullah, berdoalah untukku!” maka ini tidak boleh. Karena para sahabat tidak pernah melakukannya. Dan juga berdasarkan sabda beliau:
Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang senantiasa mendoakannya.” (HR. Muslim).
Namun bila bertawassul dengan orang shalih yang masih hidup, dengan doa mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara meminta agar dia mendoakan dirimu kepadaNya, maka hal ini diperbolehkan di dalam syariat dan telah dilakukan oleh para shahabat Rasulullah kepada beliau dan telah dilakukan pula oleh Umar bin Khaththab kepada paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muththalib radhiyallahu ‘anhu.
Kemusyrikan sebagian orang pada masa sekarang ini bahkan sudah melampaui kemusyrikan orang-orang terdahulu di jaman jahiliyyah. Karena mereka memalingkan berbagai bentuk ibadah kepada selain Allah seperti doa, meminta keselamatan dan sejenisnya hingga pada saat terjepit sekalipun. Kita memohon keselamatan dan keberuntungan kepada Allah. Dengan demikian hendaklah orang yang berdo’a mengambil perantara agar dikabulkan do’anya dengan perkara-perkara yang dicintai dan disukai oleh Allah, yaitu yang diajarkan oleh Rasulullah. Bukan dengan kebid’ahan yang membuat Allah benci, bukan pula dengan kesyirikan yang membuat Allah murka.
 sumber : http://an-naba.com/tawassul-yang-dilarang/

Keutamaan Sedekah

pahala, dan melipatgandakan rezeki; bagai sebutir benih yang ditanam akan menghasilkan tujuh cabang, yang pada tiap-tiap cabang itu terjurai seratus biji. Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَٱللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah  adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al Baqarah: 261).
Selain itu seorang hamba akan mencapai hakikat kebaikan dengan sedekah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

لَنْ تَنَالُواْ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُواْ مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali Imran: 92)
Tapi, entah mengapa sebagian manusia justru merasa berat dan susah jika menyisihkan sebagian harta dan perhiasan-perhiasan duniawi yang mereka miliki. Harta yang dikumpulkan dengan susah payah itu, dianggap sebagai miliknya dan tidak ada untungnya jika harus dibagi atau diberikan kepada orang lain. Alasannya takut merugi dan kehilangan jika harus membagi sebagian harta yang telah dikumpulkannya itu. Padahal, dalam setiap harta yang dikumpulkan seseorang, ada hak bagi mereka yang memerlukan dan membutuhkan adalah satu sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang patut diamalkan.
Tetapi, sifat kikir, merasa rugi dan juga takut miskin kerap menjadi penghalang bagi seseorang untuk membagikan hartanya yang dimiliki, apalagi sesuatu yang amat dicintai. Padahal, di balik uluran tangan atau menyedekahkan harta itu ada keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan. Apa keutamaan dari janji itu ketika seseorang ringan tangan dalam bersedekah?
Ali bin Muhammad Ad-Dahhami dalam buku Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya (Daar  An-Naba’:2007) membeberkan keutamaan sedekah dan faedahnya yang digali dari beberapa hadits. Adapun keutamaan itu antara lain; sedekah dapat memadamkan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dapat menghapus kesalahan, perisai dari api neraka, mengobati penyakit hati, menolak berbagai macam bala’, melipatgandakan pahala, dan masih banyak lagi. Beliau juga menerangkan bagaimana cara melaksanakan sedekah yang paling utama, adab-adab dalam bersedekah, serta beberapa contoh dan teladan dalam bersedekah.
Selain itu, sedekah juga bisa menambahkan kekayaan. Bahkan orang yang bersedekah di waktu pagi, maka dia akan diselamatkan dari bencana alam sepanjang hari itu. Dan jika orang bersedekah pada permulaan malam, dia akan diselamatkan dari bencana disepanjang malam. Dengan sedekah, sakit pun bisa sembuh. Karena itu, kalau orang memenuhi kebutuhan rumah tangga seorang Muslim, menyelamatkan mereka dari kelaparan, memberi mereka pakaian dan melindungi kehormatan mereka, amalnya lebih baik dibandingkan berhaji sebanyak tujuh kali. Padahal, berhaji itu lebih baik dibandingkan dengan memerdekakan tujuh puluh budak dan orang yang membebaskan budak, maka Allah akan membebaskan setiap tubuhnya dari api neraka untuk satu anggota tubuh seorang budak yang dibebaskan itu.
Karena itulah, kita tak lagi asing mendengar kisah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang amat ringan tangan dalam bersedekah. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu’anhu telah menginfakkan seluruh hartanya dalam suatu kesempatan, dan Umar Radhiallahu’anhu menginfakkan separoh hartanya, sedangkan Utsman Radhiallahu’anhu menyiapkan bekal seluruh pasukan al-‘usrah. Jika kita merasa berat dengan sedekah harta, ada banyak bentuk sedekah lain yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa “Senyum dihadapan saudaramu adalah sedekah” (Riwayat Muslim).
Nah, semoga kita dapat meneladani apa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya untuk mendapatkan balasan yang sudah dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sejumlah keutamaan di balik sedekah itu. Amin!!

Selasa, 24 Mei 2011

kisah 2 orang yang kufur dan 1 orang yang bersyukur


7 Golongan yang dinaungi Allah dihari kiamat


Pekan lalu disebuah majlis, ada sebuah hadits yang sebenarnya cukup sering kudengar, tapi ntah mengapa saat itu terasa sangat berarti....
Berawal dr ketika kami bertiga aku, ukhtiy Mungil dan Ukhtiy Ndut mengawali majlis ini  dengan membaca tilawah surat Az Zumar. Ustadzah bertanya  arti dari surat tersebut, Ya, ”rombongan-rombongan...” .
Singkat beliau dalam tadzkiroh ayat tersebut bahwasanya nanti kita di padang Mahsyar akan dikumpulkan bersama rombongan atau ”kelompok” kita... Tergantung dengan siapa didunia kita bergaul dan bermu’amalah....Org sholihkah atau mungkin kelompok org2 yg merugi. Berbantahan dengan saudara2 kita...?? Na'udzubillah Ya Allah  (QS Az Zukhruf :67 )
Allah ta’ala akan membiarkan kita menyelesaikan urusan di dunia yg belum kita selesaikan. Banyak manusia akan berbantah2an saling menutut kewajiban hak yg belum tuntas diantara mereka. Ngeriiiiiiiiiiiiiii..... Gak kebayang bgt, pdahal sebagian manusia bfikir mati adalah solusi, hilang semua kepahitan hidup,seperti kbanyakan org putus asa yg melakukan Suicide. Sekali-kali tidak!
Dipadang Mahsyar nanti.. kita berkumpul menunggu antrian persidangan yg ntah kapan giliran kita, karena ummat dari zaman nabi Adam hingga ummat akhir zaman akan berkumpul smua, tak seorang manusia pun yg tidak tercatat. Tak terbayang ketika jarak kita dan Matahari hanya sejengkal... tergantung amalan kita di dunia. Masya Allah...
Akan ada telaga Kautsar bagi ummat Nabi Muhammad yg tak kan pernah haus setelah meminumnya... Permasalahannya kita kah ummat Nabi Muhammad pengikut setia.. yg sentiasa melakukan sunnah2 Beliau... Yang akan dihidangkan telaga Kautsar...??

Namun kita masih bisa berbesar hati, Ada sebuah hadits yang begitu menyejukkan segala kekhawatiran & ketakukan kita selaku seorang hamba...
Berikut hadits yg ustadzah sampaikan pd kami bertiga,

tujuh golongan yang memperoleh keistimewaan pada hari kiamat seperti sabda Rasulullah:
Tujuh golongan manusia yang akan  dinaungi oleh Allah pada hari   dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya (yaitu) :

1.Imam (pemimpin) yang adil,
( Indonesia... kapankah Pemimpin yg adil akan memimpinmu...??? )

2.pemuda yang dibesarkan dalam beribadat kepada Allah,
( aku bertanya, ”Ummi.. Sungguhkah ada org yg sedemikian terpelihara seperti ini dr kecil hingga dewasa senatiasa beribadah kpd Allah??”   ”Ada.  Junjungan kita nabi Muhammad SAW” jawab Ummi... Sebagai contoh zaman dahulu sewaktu kecil Nabi Pun ingin sekali melihat  sebuah pementasan drama arab jahiliyah.. tp ntah kenapa hinnga saatnya tiba beliau selalu tertidur.. dan tak pernah sekalipun menyaksikan acara tersebut)

3. Pemuda yang hatinya selalu rindu pada masjid,
( Susahnya merayu adik lelaki bungsuku u sholat di masjid, susahhhhhh pisannnnn..... Ya Rob, aku ingin adikku tumbuh menjadi lelaki Sholih seperti hadits Nabi yg lain. Beliau bersabda:  Jika engkau melihat seorang laki- laki mondar mandir ke masjid , maka saksikanlah bahwa dia memiliki iman yang baik. H.R  Ahmad dan Turmudzi)

4. Dua orang yang berkasih sayang semata-mata kerana Allah iaitu bertemu kerana Allah dan berpisah kerana Allah,
( ”Pasangan Suami istri yg mencintai karena Allah termasukkah golongan inikah ummi...?” Ya, cinta bisa sedemikian luas, Persahabatan krn Allah, Ukhuwah Fillah.. segala cinta yg disebabkan oleh Allah.  sebagian org  banyak yg bertemu karena Allah, tp jika harus dihadapkan berpisah karena Allah...ketika kita sdh sedemikian cinta namun harus berpisah... mampukah kita?? Pertanyaan retoris....)


5. seorang lelaki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan dan rupawan lalu ditolaknya dengan berkata, “Aku takut kepada Allah
( Subhanallah... )

6.seorang yang bersedekah dalam keadaan rahsia sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.
( alangkah Indah Orang bersedekah dekat dengan Allah dekat dengan Syurga.. takkan berkurang harta yg kita punya.. akan bertambah... akan bertambah....
-OpiCK- )

7.seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan menyendiri lalu menetes air matanya.
( Sebagian kita hanya datang ke hadapan Allah untuk  mengadukan segala kehimpitan  kesedihan hati. Kadang manusia memang begitu egois... kita hanya datang ketika dilanda masalah, bukan semata-mata karena takut pada Allah... dan Takut tidak mendapatkan RidhaNya... ”antara harap & cemas” seperti itulah yg mesti bersemayam dihati kita... karena kita adalah hamba.. sekali  lagi hamba...)
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

WAllahu’alam Bishshowab...
sumber : http://happyaisyah.multiply.com/journal/item/39

Jejak Rasul

Mari kita mengimani Rasulullah Muhammad Saw dengan sebenar-benar iman.
Salah satunya dengan membaca dan mempelajari jejak Rasul.

Muhasabah

Renungan untuk kita semua..
Agar menjadi manusia yg lebih baik..

JeJak-Jejak Mimpi [Inspiring Video]

Bermimpilah setinggi mungkin...
Tulislah impianmu ke dalam sebuah tulisan...
Sosok dlm video ini menginspirasikan semua orang, untuk menulis mimpi ke dalam tulisan..
Beliau menuliskan 100 mimipinya disebuah catatan kecil, walaupun banyak teman yang mengejek.
Beliau tetap menuliskan mimpinya..
sumber : http://www.youtube.com/watch?v=1p2DItNn-nY&feature=related


Selasa, 17 Mei 2011

Tak Ada Kata Mantan

Tak pernah ada kata mantan tuk :
Guru tetaplah guru kita sampai kapan pun..
Beliau orang tua kita di sekolah, yg sabar mengajar walau muridnya sulit di atur...
Ibu tetaplah ibu kita sampai kapan pun....
Sungguh durhaka seorang anak yang bilang"itu mantan ibu gua", dan orang seperti itu tempatnya adalah Nar ( neraka ) dia juga ahlinnar...
Ayah tetaplah ayah kita sampai kapan pun...
Ayah seorang yg tangguh, yg senantiasa bekerja keras demi anaknya...
Sahabat tetaplah sahabat kita...
Yang hadir di saat duka maupun duka...
Terkadang sahabat lebih tau kita dibandingkan saudara sendiri..

Guruku, Ibuku, Ayahku, dan Sahabatku
i will always love you all


Rabu, 11 Mei 2011

Maher Zain - Insha Allah | Insya Allah | ماهر زين - إن شاء الله

36 TEHNIC HIGH SCHOOL

SMK Negeri 36 Jakarta merupakan sebuah sekolah menengah kejuruan unggulan di Indonesia khususnya di DKI Jakarta dalam bidang Kelautan/Pelayaran. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah dengan disiplin yang tinggi karena menerapkan disiplin ala semi militer. SMK ini terletak di Jalan Baru Kosambi III, Cilincing, Jakarta Utara, Indonesia. SMKN 36 Jakarta biasa juga disebut dengan "KYU". Disebut "KYU" karena dahulu SMK Negeri 36 Jakarta bernama STM Negeri 9 yang diambil dalam bahasa Jepang. Dan hingga saat ini masih dikenal dengan "KYU" karena 3+6=9.
Sekolah ini juga mewajibkan siswanya memiliki blog. Saya tahu blog dari sekolah ini, kalau tidak diwajibkan memiliki blog mungkin, saya belum tahu apa itu blog ? Blog itu yang jurusan TKJ ( Teknik Komputer Jaringan  ) 150 post sedangkan jurusan lain 75 post dan setiap tahun posting yg diwajibkan akan bertambah. Saya sendiri aktivis rohis disana, saya bangga menjadi bagian dari SMKN 36 JAKARTA.
SMKN 36
Program Kejuruan SMK Negeri 36 Jakarta
  • Agribisnis Perikanan (AP)
  • Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI)
  • Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI)
  • Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
  • Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
  • Teknik Pemesinan (TP)
  • Teknik Alat Berat (TAB)
SMK Negeri 36 Jakarta memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:
  • Menerapkan disiplin semi militer, sehingga SMK Negeri 36 Jakarta dikenal akan kedisiplinannya.
  • Menerapkan sistem SP bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa/siswi, berlaku selama menjadi siswa/siswi SMKN 36 Jakarta, sebaliknya bagi siswa/siswi yang berprestasi di bidang akademik maupun non akademik akan diberikan beasiswa.
  • Bagi siswa/siswi yang melakukan 4 hal yang melanggar, seperti berkelahi, mencuri, mengedarkan narkoba, dan lompat pagar akan langsung di keluarkan (DO) pada saat itu juga.
  • Dilarang membawa kendaraan bermotor ke sekolah, jika tidak memakai helm dan tidak membawa surat-surat kelengkapan bermotor.
  • Merupakan sekolah yang membuat dan menerbitkan Majalah SMK Updates setiap bulannya dan telah diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo. Dari wawancara, penyusunan, pengeditan dan lain sebagainya dilakukan
    VISI
    Menjadikan SMK Negeri 36 Jakarta sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan (diklat) yang profesional dan mandiri dalam mewujudkan lulusan yang kompeten, berdedikasi, kasih sayang, peduli dan berakhlak mulia.
    MISI
  • Menerapkan keterbukaan, kemitraan dan pelayanan prima.
  • Mengembangkan keunggulan, keterampilan dan ketelitian dengan mengutamakan kedisiplinan dan kejujuran yang dilandasi oleh jiwa dan semangat keimanan, kreativitas, kekeluargaan dan kepedulian serta kasih sayang terhadap sesama dan lingkungan.
  • Membangun dan membina jaringan kerjasama dengan dunia usaha dan industri serta masyarakat luas dalam mengembangkan standar kelulusan
  • Mewujudkan SMK Negeri 36 Jakarta menjadi regional center teknik kelautan.
  • oleh siswa/siswi SMKN 36 Jakarta.


  • Rohis
  • Paskibra
  • Pramuka
  • Karya Ilmiah Remaja
  • Taiko
  • Rokris
  • Jurnalis SMK Update
  • Penegak Disiplin
  • Futsal
  • Voli
  • Mading
  • Sepak Takraw
  • Palang Merah Remaja
  • Band
  • GPS
  • Pangker  ( Pangkas Rambut Keren )
  • Pencak Silat
  • Taekwondo
  • sumber : www.smkn36jakarta.sch.id/
  • www.rohis36.co.cc/ 
  •  

Justice Voice - Senyum Dong Fren

Justice Voice - ABeGe